HERMENETIKA KEHIDUPAN --Refleksi 9
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Kamis, 30 November 2017, 07.30-09.10 WIB
Oleh:
Elsa Susanti (17709251024)
Pascasarjana
Pendidikan Matematika B 2017
Dua unsur kehidupan
di dunia adalah linier dan siklik, atau maju
dan melingkar. Manusia tidak bisa
maju tanpa melingkar maka melingkar
untuk maju. Begitu sebaliknya, tidak bisa melingkar jika tidak maju. Dalam filsafat,
keadaan dimana kita fokus pada sesuatu dan melupakan yang lainnya disebut
mengabstraksi. Dalam pemikiran kita menyaring dan memilih hal-hal yang
diintensifkan. Jika abstraksi dunia diringkas maka tergantung media bstraksinya. Jika ringkasan ontologinya adalah wadah dan isi maka hasilnya semua yang ada dan yang mungkin ada. Sadar atau tidak
sadar setiap saat kita melakukan
abstraksi. Sebenar-benar abstraksi adalah memilih. Maka mengabstraksi sama artinya dengan berikhtiar. Sedangkan terabstraksi artinya terpilih. Dan sebenar-benar yang sudah
terjadi merupakan sesuatu yang sudah
terpilih, itulah dinamai takdir. Dengan demikian, di samping terpilih kita juga harus
menggali potensi ikhtiar karena Tuhan tidak
akan merubah nasib orang yang tidak berikhtiar.
Dalam kehidupan kita
perlu berhemenetika, yaitu terjemah dan
menterjemahkan. Hidup kita merentang dari serius hingga santai, dan itulah namanya kreatif inovatif yang merupakan
bentuk hermenetika. Fenomena
hermenetika tiap kejadian berbeda, bisa rutin,
mengembang ataupun meruncing. Fenomena meruncing adalah saintifik. Jadi saintifik
itu baru sepertiga dari fenomena maka kurang tepat bila diterapkan pada
kurikulum sekolah. Semua yang ada dan yang mungkin ada memiliki struktur yang berbeda-beda. Secara umum ada dua
stuktur, yaitu struktur
bumi dan struktur langit. Matematika formal ada di langit sedangkan di pikiran merupakan sesuatu
yang logis dan konsisten. Dengan logika,
seseorang dapat menceritakan sesuatu walaupun
bendanya tidak ada di hadapannya. Namun dengan logika saja kurang
konteks. Pemikiran seseorang akan berarti jika didukung oleh referensi. Dan itulah
yang disebut ilmiah, yaitu aliran
referensi, sungai referensi, dari gunung referensi menuju lautnnya referensi.
Sebenar-benar karya ilmiah adalah gunungnya referensi.
Sehebat apapun pemikiran seseorang tiadalah artinya tanpa referensi.
Setinggi apapun gunung dapat didaki manusia yaitu dengan
teknologi atau dengan alat. Oleh karena itu di
dalam kehidupan dibutuhkan kreativitas, begitu pula dalam mengajar. Teacher is
researcher maka diperlukan kreatif dalam
mengajar. Sebuah kreativitas mengandung nilai estetika (keindahan). Keindahan merupakan unsur yang
penting namun harus logis.
Estetika yang tidak tepat dapat merusak
intuisi. Dengan demikian, semua fenomana dapat
menjadi bencana ataupun barokah. Hal ini tergantung subjeknya dan kesiapannya. Seseorang yang siap
dalam menghadapi fenomena akan menerima barokah sedangkan orang yang tidak siap
akan menerima bencana. Tiadalah
sebenar-benar kesiapan selain memperdalam ilmu.
Filsafat merupakan aliran ide dan gagasan dari awal jaman
sampai akhir jaman. Aliran ide filsafat lahir dari pemikiran para filsuf. Masing-masing ada tokohnya, dan tokoh yang
paling lengkap adalah Immanuel Kant. Di langit merupakan analitik apriori sedangkan di bumi merupakan sintetik aposteriori sehingga Immanuel Kant mengambil jalan
tengah bahwa sebenar- benar ilmu adalah sintetik apriori.
Dengan belajar filsafat pikiran menjadi cair sehingga lahirlah
kecerdasan. Kecerdasan kita tidak hanya dibuktikan dengan kesadaran namun harus
didukung dengan sikap dan tindakan. Maka sebenar-benar orang yang cerdas adalah yang bersikap bijak dalam mengambil keputusan. Kecerdasan ditandai
dengan sensibilitas panca indera dan sensitivitas perasaaan. Berfilsafat meliputi ekstensi dan inekstensi. Saat kita tidur, energi kita tidak
sepenuhnya berhenti sehingga kita dapat berimajinasi dengan lebih kreatif dari kenyaataan dan lahirlah sebuah
mimpi.
Potensi dalam pikiran adalah terkait kategori lama dan baru, yaitu kuantitatif, kualitatif, relasion,
modality. Kita dapat belihat sesuatu sebagai benda tunggal adanya unity. Sedangkan saat berdialog, kata-kata muncul otomatis karena adanya intuisi yang berasal dari pergaulan. Potensi
dialirkan dari genetika artinya potensi seseorang akan dialirkan pada keturunannya. Dengan demikian, galilah potensi yang positif dan
lakukan inovasi. Begitu pula dalam mengajar, diperlukan inovasi. Sebenar-benar
inovasi yang kita lakukan adalah dalam rangka mempermudah dan memperdalam
pemahaman. Guru yang mampu berinovasi tidak lain dan tidak bukan adalah guru yang
menyadari keadaan dan memahami karakteristik siswanya sehingga kreativitas guru
lahir dari hasil interaksi bersama siswa.
Elsa Susanti | Youtube : http://www.youtube.com/c/ElsaSusanti |
0 komentar:
Posting Komentar