Kamis, 28 Desember 2017

Refleksi 9 Perkuliahan Filsafat Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A.


HERMENETIKA KEHIDUPAN         --Refleksi 9


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Kamis, 30 November 2017, 07.30-09.10 WIB

Oleh:
Elsa Susanti (17709251024)
                                                         Pascasarjana Pendidikan Matematika B 2017


Dua unsur kehidupan di dunia adalah linier dan siklik, atau maju dan melingkar. Manusia tidak bisa maju tanpa melingkar maka melingkar untuk maju. Begitu sebaliknya, tidak bisa melingkar jika tidak maju. Dalam filsafat, keadaan dimana kita fokus pada sesuatu dan melupakan yang lainnya disebut mengabstraksi.  Dalam pemikiran kita menyaring dan memilih hal-hal yang diintensifkan. Jika abstraksi dunia diringkas maka tergantung media bstraksinya. Jika ringkasan ontologinya adalah wadah dan isi maka hasilnya semua yang ada dan yang mungkin ada. Sadar atau tidak sadar setiap saat kita melakukan abstraksi. Sebenar-benar abstraksi adalah memilih. Maka mengabstraksi sama artinya dengan berikhtiar. Sedangkan terabstraksi artinya terpilih. Dan sebenar-benar yang sudah terjadi merupakan sesuatu yang sudah terpilih, itulah dinamai takdir.  Dengan demikian, di samping terpilih kita juga harus menggali potensi ikhtiar karena Tuhan tidak akan merubah nasib orang yang tidak berikhtiar.
Dalam kehidupan kita perlu berhemenetika, yaitu terjemah dan menterjemahkan. Hidup kita merentang dari serius hingga santai, dan itulah namanya kreatif inovatif yang merupakan bentuk hermenetika. Fenomena hermenetika tiap kejadian berbeda, bisa rutin, mengembang ataupun meruncing. Fenomena meruncing adalah saintifik. Jadi saintifik itu baru sepertiga dari fenomena maka kurang tepat bila diterapkan pada kurikulum sekolah. Semua yang ada dan yang mungkin ada memiliki struktur yang berbeda-beda. Secara umum ada dua stuktur, yaitu struktur bumi dan struktur langit. Matematika formal ada di langit sedangkan di pikiran merupakan sesuatu yang logis dan konsisten. Dengan logika, seseorang dapat menceritakan sesuatu walaupun bendanya tidak ada di hadapannya.  Namun dengan logika saja kurang konteks. Pemikiran seseorang akan berarti jika didukung oleh referensi. Dan itulah yang disebut ilmiah, yaitu aliran referensi, sungai referensi, dari gunung referensi menuju lautnnya referensi. Sebenar-benar karya ilmiah adalah gunungnya referensi. Sehebat apapun pemikiran seseorang tiadalah artinya tanpa referensi.  
Setinggi apapun gunung dapat didaki manusia yaitu dengan teknologi atau dengan alat. Oleh karena itu di dalam kehidupan dibutuhkan kreativitas, begitu pula dalam mengajar. Teacher is researcher maka diperlukan kreatif dalam mengajar. Sebuah kreativitas mengandung nilai estetika (keindahan). Keindahan merupakan unsur yang penting namun harus logis. Estetika yang tidak tepat dapat merusak intuisi. Dengan demikian, semua fenomana dapat menjadi bencana ataupun barokah. Hal ini tergantung subjeknya dan kesiapannya. Seseorang yang siap dalam menghadapi fenomena akan menerima barokah sedangkan orang yang tidak siap akan menerima bencana. Tiadalah sebenar-benar kesiapan selain memperdalam ilmu.
Filsafat merupakan aliran ide dan gagasan dari awal jaman sampai akhir jaman. Aliran ide filsafat lahir dari pemikiran para filsuf. Masing-masing ada tokohnya, dan tokoh yang paling lengkap adalah Immanuel Kant. Di langit merupakan analitik apriori sedangkan di bumi merupakan sintetik aposteriori sehingga Immanuel Kant mengambil jalan tengah bahwa sebenar- benar ilmu adalah sintetik apriori.
Dengan belajar filsafat pikiran menjadi cair sehingga lahirlah kecerdasan. Kecerdasan kita tidak hanya dibuktikan dengan kesadaran namun harus didukung dengan sikap dan tindakan.  Maka sebenar-benar orang yang cerdas adalah yang bersikap bijak dalam mengambil keputusan. Kecerdasan ditandai dengan sensibilitas panca indera dan sensitivitas perasaaan. Berfilsafat meliputi ekstensi dan inekstensi. Saat kita tidur, energi kita tidak sepenuhnya berhenti sehingga kita dapat berimajinasi dengan lebih kreatif dari kenyaataan dan lahirlah sebuah mimpi.  
Potensi dalam pikiran adalah terkait kategori lama dan baru, yaitu kuantitatif, kualitatif, relasion, modality. Kita dapat belihat sesuatu sebagai benda tunggal adanya unity. Sedangkan saat berdialog, kata-kata muncul otomatis karena adanya intuisi yang berasal dari pergaulan. Potensi dialirkan dari genetika artinya potensi seseorang akan dialirkan pada keturunannya. Dengan demikian, galilah potensi yang positif dan lakukan inovasi. Begitu pula dalam mengajar, diperlukan inovasi. Sebenar-benar inovasi yang kita lakukan adalah dalam rangka mempermudah dan memperdalam pemahaman. Guru yang mampu berinovasi tidak lain dan tidak bukan adalah guru yang menyadari keadaan dan memahami karakteristik siswanya sehingga kreativitas guru lahir dari hasil interaksi bersama siswa.



Elsa Susanti | Youtube : http://www.youtube.com/c/ElsaSusanti | 

0 komentar:

Posting Komentar