METAFISIK FILSAFAT --Refleksi 7
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Kamis, 02 November 2017, 07.30-09.10 WIB
Oleh:
Elsa Susanti (17709251024)
Pascasarjana
Pendidikan Matematika B 2017
Berikut ini adalah hasil dari refleksi tes jawab
singkat.
Ontologinya metafisik yaitu wadah
dan isi. Ontologinya epistomologi yaitu wadah
dan isi dan ontologinya ontologi yaitu juga
wadah dan isi. Maka sebenar-benar ontologi adalah wadah
dan isinya. Wadah dan isi itu adalah gelas dengan
bahan dasar segala macam ilmu. Wadah dan isi bersifat berstruktur. Contoh,
jika wadahnya peraturan maka isi adalah implementasinya.
Wadah dan isi secara psikologi yaitu formal dan
informal. Dan sebenar-benar wadah dan isi yaitu Tuhan dan
ciptaannya.
Metafisiknya
ontologi yaitu semua yang ada dan yang mungkin ada.
Metafisiknya epistemologi yaitu semua yang ada dan yang mungkin ada dan metafisiknya
metafisik yaitu semua ada mungkin ada. Maka
sebenar-benar
metafisik adalah semua yang ada dan yang yang mungkin ada. Metafisik
meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Bila metafisik dinaikkan maka
doa dan kuasa tuhan.
Epistemologi ontologi yaitu ada,
mengada, pengada. Epistemologinya metafisik yaitu ada,
mengada, pengada, dan epistemologinya epistemologi yaitu ada,
mengada, pengada. Jadi sebenar-benar epistemologi adalah ada,
mengada, dan pengada. Sebenar-benarnya
epistemologi adalah filsafat. Ada, mengada, dan
pengada sebagai komponen. Jika diturunkan ke
psikologi belajar maka beruba interaksi belajar antara guru dan siswa. Sebenar-benar
hidup yaitu epistemologi. Jika dinaikkan
secara maka hermenetika. Dengan
demikian, epistemologi adalah hermenetika. Hermenetika
dinaikkan jadi silaturahim.
Aksiologinya ontologi yaitu
etik estetika. Aksiologinya epistemologi yaitu etik
estetika. Maka sebenar-benar aksiologi adalah etik
estetika.
Uraian berikut ini adalah hasil dari forum tanya jawab pasca tes jawab
singkat.
1. Semua yang ada dan
yang mungkin ada dapat dijelaskan namun tidak semua yang dijelaskan dapat
dipahami dengan baik. Misalnya filsafat. Tidak semua
orang mampu memahami obyek filsafat karena filsafat adalah bahasa analog. Kemampuan seseorang dalam memahami semua yang ada dan yang mungkin ada tergantung dari kemampuan abstraksinya. Melalui keterbatasannya manusia memahami semua yang ada dan yang
mungkin ada dengan cara mereduksi karena sebenar-benarnya hidup
adalah reduksi. Sadar atau tidak sadar kita melakukan reduksi. Kegiatan mereduksi dan mengabstraksi merupakan sesuatu yang berbahaya
apabila tidak diletakkan pada ruang dan waktu yang tepat. Dengan demikian,
diperlukan hati yang bersih dan pikiran yang jernih dalam mereduksi dan mengabstraksi.
2. Cara kita menyikapi hidup adalah tergantung
pada pondamen. Dan
sebenar-benar pondamen adalah niat. Di dalam psikologi
naik ke paradigma bahwa sebenar benarnya ilmu kalah dengan niatnya. Banyak orang yang mempunyai ilmu, namun karena
niatnya jelek maka ilmunya kalah dengan niatnya. Jadi segala sesuatu tergantung
pondamen yaitu niatnya.
3. Hidup adalah pilihan. Di antara keduanya, ada
orang yang sepenuhnya percaya akan takdir
semata dan ada pula
seseorang yang sepenuhnya percayapada ikhtiar. Sedangkan
sebenar-benar hidup adalah berinteraksi antara takdir
dan ikhtiar. Dengan
demikian, kita harus menyeimbangkan antara keduanya agar tidak
menjadi orang yang
merugi.
0 komentar:
Posting Komentar