Kamis, 28 Desember 2017

Refleksi 7 Perkuliahan Filsafat Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A.


METAFISIK FILSAFAT         --Refleksi 7


               Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
                 Kamis, 02 November 2017, 07.30-09.10 WIB


Oleh:
Elsa Susanti (17709251024)
                                                         Pascasarjana Pendidikan Matematika B 2017


Berikut ini adalah hasil dari refleksi tes jawab singkat.

Ontologinya metafisik yaitu wadah dan isi. Ontologinya epistomologi yaitu wadah dan isi dan ontologinya ontologi yaitu juga wadah dan isi. Maka sebenar-benar ontologi adalah wadah dan isinya. Wadah dan isi itu adalah gelas dengan bahan dasar segala macam ilmu. Wadah dan isi bersifat berstruktur. Contoh, jika wadahnya peraturan maka isi adalah implementasinya. Wadah dan isi secara psikologi yaitu formal dan informal.  Dan sebenar-benar wadah dan isi  yaitu Tuhan dan ciptaannya.
Metafisiknya ontologi yaitu semua yang ada dan yang mungkin ada. Metafisiknya epistemologi yaitu semua yang ada dan yang mungkin ada dan metafisiknya metafisik yaitu semua ada mungkin ada. Maka sebenar-benar metafisik adalah semua yang ada dan yang yang mungkin ada. Metafisik meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Bila metafisik dinaikkan maka doa dan kuasa tuhan.
Epistemologi ontologi yaitu ada, mengada, pengada. Epistemologinya metafisik yaitu ada, mengada, pengada, dan epistemologinya epistemologi yaitu ada, mengada, pengada. Jadi sebenar-benar epistemologi adalah ada, mengada, dan pengada. Sebenar-benarnya epistemologi adalah filsafat. Ada, mengada, dan pengada sebagai komponen. Jika diturunkan ke psikologi belajar maka beruba interaksi belajar antara guru dan siswa. Sebenar-benar hidup yaitu epistemologi. Jika dinaikkan secara maka  hermenetika. Dengan demikian,  epistemologi adalah hermenetika. Hermenetika dinaikkan jadi silaturahim.
Aksiologinya ontologi yaitu etik estetika. Aksiologinya epistemologi yaitu etik estetika. Maka sebenar-benar aksiologi adalah etik estetika.

Uraian berikut ini adalah hasil dari forum tanya jawab pasca tes jawab singkat.

1.  Semua yang ada dan yang mungkin ada dapat dijelaskan namun tidak semua yang dijelaskan dapat dipahami dengan baik. Misalnya filsafat. Tidak semua orang mampu memahami obyek filsafat karena filsafat adalah bahasa analog. Kemampuan seseorang dalam memahami semua yang ada dan yang mungkin ada tergantung dari kemampuan abstraksinya. Melalui keterbatasannya manusia memahami semua yang ada dan yang mungkin ada dengan cara mereduksi karena sebenar-benarnya hidup adalah reduksi. Sadar atau tidak sadar kita melakukan reduksi. Kegiatan mereduksi dan mengabstraksi merupakan sesuatu yang berbahaya apabila tidak diletakkan pada ruang dan waktu yang tepat. Dengan demikian, diperlukan hati yang bersih dan pikiran yang jernih dalam mereduksi dan mengabstraksi.
2. Cara kita menyikapi hidup adalah tergantung pada pondamen. Dan sebenar-benar pondamen adalah niat. Di dalam psikologi naik ke paradigma bahwa sebenar benarnya ilmu kalah dengan niatnya. Banyak  orang yang mempunyai ilmu, namun karena niatnya jelek maka ilmunya kalah dengan niatnya. Jadi segala sesuatu tergantung pondamen yaitu niatnya.
3.   Hidup adalah pilihan. Di antara keduanya,  ada orang yang sepenuhnya percaya akan takdir semata dan ada pula seseorang yang sepenuhnya percayapada ikhtiar. Sedangkan sebenar-benar hidup adalah berinteraksi antara takdir dan ikhtiar.  Dengan demikian, kita harus menyeimbangkan antara keduanya agar tidak menjadi orang yang merugi.

0 komentar:

Posting Komentar