MENGENAL RUANG DAN WAKTU FILSAFAT
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Kamis, 28 September 2017, 07.30-09.10 WIB
Oleh:
Elsa Susanti (17709251024)
Pascasarjana
Pendidikan Matematika B 2017
Di bawah ini adalah hasil refleksi tes jawab singkat pertama.
Dalam filsafat, ruang itu selalu berkaitan dengan waktu. Kita
dapat memahami ruang karena waktu dan sebaliknya kita dapat memahami waktu karena ruang. Segala yang ada dan yang mungkin ada adalah ruang. “Ada”
dalam filsafat artinya yang ada di dalam pikiran, sedangkan “yang mungkin ada”
artinya belum ada di pikiran tetapi ada potensi untuk ada.
Semua yang ada dan yang mungkin
ada adalah sebuah potensi. Bukan hanya manusia yang memiliki potensi, namun sebuah
batupun memiliki potensi dan
sebuah potensi pun akan memiliki potensi
lagi. Dalam hidup, kita memiliki dua potensi yaitu potensi takdir
dan potensi ikhtiar ataupun dapat dikatakan juga sebagai potensi terpilih dan
memilih. Kita semua itu adalah potensi yang berasal dari yang terpilih. Di sisi lain, kita
juga memiliki potensi memilih, yiatu memilih yang ada dan yang mungkin ada. Kita
bebas memilih pemanfaatan pemberian Tuhan digunakan untuk kebaikan atau kemaksiatan.
Nikmat hidup yang kita rasakan salah satunya adalah karena ketidaksempurnaan. Kita tidak dapat mendengarkan seluruh frekuensi suara yang
ada dalam kehidupan ini, itu adalah kodrat dari Tuhan. Dengan kemampuan
pendengaran yang tidak sempurna, kita harusnya bersyukur karena kemampuan mendengar seluruh frekuensi suara akan membuat kita kesulitan hidup di
dunia ini. Begitu
pula Ketika konsep yang baru masuk di dalam pikiran, tubuh kita tidak mengalami kegoncangan (efek
secara fisik). Itulah kesempuranaan Tuhan dalam menciptakan pikiran manusia,
maka sudah sepantasnya kita harus selalu bersyukur. Sebenar-benarnya manusia hidup di dunia ini adalah sempurna
dalam ketidaksempurnaan dan tidak sempurna dalam kesempurnaan. Maka janganlah berkecil hati karena ketidaksempurnaan dan jangan
sombong meminta kesempurnaan pada Tuhan.
Filsafat adalah olah pikir dan kita harus
siap terbebas dari zona zaman berfikir.
Sebaliknya zona zaman di dalam
hati harus diperjuangkan. Sebenar-benar orang yang profesional adalah orang yang mampu membedakan
hati dan pikiran
sehingga kekacauan pikiran tidak akan ikut mengacaukan hatinya. Untuk itu kita harus mampu mengolah hati dan pikiran karena
kita berada di perbatasan. Individu yang berada pada perbatasan yang sama akan
berakhir dengan sesuatu yang tidak sama. Yang membedakan yang satu dan yang
lain adalah keputusannya. Maka tiadalah
diri kita, pada setiap detik waktu tanpa mengambil keputusan. Saat kita
berhenti mengambil keputusan, maka kita tidak akan tahu arah kehidupan. Oleh
karena itu, sebenar-benar bijaksana adalah ketika
kita mampu membuat keputusan.
Dalam filsafat, semua hal diawali
dengan sebuah kesadaran. Seseorang dikatakan bangun ketika ia sadar dan
dikatakan tidur ketika ia tidak sadar. Kesadaran memudahkan manusia untuk
memahami bahwa hobi, kenyataan, dan kekayaan yang sebenar-benarnya adalah
sintesis dan semua yang ada di luar dirinya ada anti tesis. Kesadaran juga
membuat manusia memahami tugas dan pekerjaannya yaitu membaca yang ada dan yang
mungkin ada. Dengan membaca, kita dapat mencegah mitos yang berpotensi
menyerang menjadi penyakit.
Semua
hal diawali dengan sebuah kesadaran dan diakhiri dengan awalan. Ketika
seseorang mengakhiri tidurnya maka artinya ia mengawali hal yang lain. Selama masih mempunyai daya dan upaya dalam pikiran, maka
dimana akhiran ada sebuah awalan. Saat kita
mengakhiri sesuatu
mempertandakan bahwa kita mengawali
sesuatu yang lain.
Manusia memiliki status ada. Agar bisa dianggap ada, manusia harus mengada dan hasil
dari mengada adalah pengada. Sifat
yang melekat pada diri kita adalah bagian dari hasil ada, mengada, dan pengada.
Sifat yang dimiliki suatu individu berarti itulah milik dari individu tersebut.
Maka milikku adalah kekasihku dan kekasihku adalah sifatku.
0 komentar:
Posting Komentar