Mitos dalam Kekuasaan -Refleksi 12
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Kamis, 21 Desember 2017, 07.30-09.10 WIB
Oleh:
Elsa Susanti (17709251024)
Pascasarjana
Pendidikan Matematika B 2017
Tidak jarang
kita melihat dan mendengar perebutan tahta. Melalui tahta seseorang dapat
berkuasa. Orang yang berkuasa sering membuat mitos untuk mempertahankan
kekuasaannya. Seyogyanya, mitos adalah kepentingan. Namun seorang pemimpin
membuat mitos hendaklah dengan maksud kebaikan, yaitu bagian dari usaha
mengatur dan menciptkan kedamaian. Oleh karena itu mitos tidak boleh berlebihan
karena dengan berlebihan akan menimbulkan keriscuhan hati dan pikiran.
Kehidupan
bersifat hirarki dan berstruktur. Seorang penguasa tidak dapat menjadi penguasa
jika belum jadi rakyat maka sebenar-benar rakyat dan penguasa harus berhemenetika.
Dengan hermenetika penguasa dan rakyat dapat menyatu dalam mencapai visi misi. Seorang
pemimpin berusaha mencapai perubahan yang lebih baik. Oleh karena itu, pemimpin
mengajak rakyat untuk menyatukan antara kata dan perbuatan. Secara filsafat kata
dan perbuatan tidak dapat disatukan namun di sini maksudnya adalah sebagai
usaha dalam kebaikan. Menyatukan kata dan perbuatan adalah bagian dari
metafisik, artinya berpikir sesuai ruang dan waktunya serta peruntukkannya.
Semua makna melekat pada konteksnya. Oleh karena pemimpin yang sebenar-benar
haruslah mereka yang cerdas sehingga dapat menyelaraskan kebijakannya sesuai
ruang dan waktunya yang tepat. Dengan demikian, seorang pemimpin hendaklah
selalu melakukan refleksi diri agar tidak melakukan mitos atas dasar
kepentingan kekuasaan.
Elsa Susanti | Youtube : http://www.youtube.com/c/ElsaSusanti |
1 komentar:
http://www.youtube.com/c/ElsaSusanti
Posting Komentar